Ada banyak ide tulisan untuk memperingati hari guru yang jatuh pada hari ini. Namun ada satu hal yang menggelitik di hari bersejarah bagi para guru ini. Fokus perhatian kita tertuju pada Guru PAUD yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak, sebagai asesor BAN PAUD PNF, saya menyaksikan bagaimana pengorbanan yang luar biasa dari para guru PAUD di berbagai daerah. Terdapat PAUD yang berdiri di Pedalaman, yang untuk sampai ke sana, kita tak bisa memakai kendaraan sendiri. Harus warga di sana yang memang terlatih dengan medan yang curam diantara jurang-jurang di pegunungan. Mereka mendedikasikan hidupnya khusus untuk para generasi emas, para anak-anak yang akan menjadi masa depan Indonesia.
Dibalik baju indahnya yang rapi dan sopan, Hari senin Baju Batik Provinsi, Hari Selasa baju batik Kabupaten, Hari Rabu Baju Olahraga, Hari Kamis Baju Adat atau Kebaya, Hari Jum'at Baju Muslimah (itu bagi lembaga yang bisa membuatnya), bagi yang tidak yang penting baju yang pantas sebagai guru. Tersimpan kegetiran yang sangat teramat dalam. Dibalik senyumnya yang ramah dan menyejukkan, ada kenyataan yang menyakitkan. Betapa tidak, Ibu-ibu (laki2 sangat jarang) guru paud rata-rata mereka digaji hanya 100-300 rupiah saja perbulan. Bahkan terasa sesak nafas ini manakala mendapati ada Ibu-ibu guru yang hanya digaji 50.000 saja sebulan.
Ketika ditanya mengapa bertahan dengan gaji yang tak seberapa, jawabannya beragam, tapi intinya mereka mencintai anak-anak, mereka merasakan kebahagiaan bisa mendidik generasi penerus bangsa. Kami mendapati, para guru ini mendidik generasi bangsa sepenuh hati. Mereka rela melakukan apapun di hadapan anak-anak demi memasuki dunianya. Ya, memasuki dunia anak sepenuhnya. Guru rela berperilaku menirukan bebek, menirukan monyet, menirukan gajah, dan menirukan banyak "gaya" binatang lainnya. Semua demi pembelajaran yang efektif yang disukai anak-anak.
Guru PAUD harus serba bisa, dari mulai mengajarkan Huruf latin sampai Iqra. Guru mempersiapkan berbagai ragam pembelajaran dan permainan, dari mulai Pendidikan Nilai Agama dan Moral, melalui program sholat dhuha, sholat shubuh, syahadat, asmaul husna, do'a-do'a pendek, surat-surat pendek dan mendampingi anak didik dan orangtua ikut manasik haji. Guru harus pandai meningkatkan dan memperhatikan perkembangan Fisik Motorik (kasar dan halus), anak diajarkan menulis, menggambar, menempel, bermain lego, bermain tutup botol pintar, bikin bola coklat, bikin kalung dari batang daun ketela, finger painting, melukis gambar susu, memberi makan ayam, memberi makan bebek, membuat adik kakak dari aqua gelas, membntuk dari aci, membuat gambar nenek, membuat bentuk dari plastisin, membuat huruf dar pasir, membuat pisang coklat, membuat sate buah, membuat warna dari finger painting, menciprat, mengelompokkan benda, menggambar lidah buaya dengan benang, menghias caping pak tani, menjahit pola bentuk, menyiram tanaman, menyusun puzzle, meronce daun sirih dan membuat mahkota, membentu huruf dari manik-manik. memperhatikan kesehatannya, pertumbuhannya, berpikir logis, berpikir simbolik, memahami bahasa, sosial emosional, kepemimpinan, serta pencapaian perkembangan dalam bidang seni. Ah, pokonya menjadi Guru PAUD adalah menjadi pendidik tingkat Dewa.....yang harus serba bisa......
Terkadang bahkan terjebak dalam kondisi dilematis, ketika Orangtua menuntut anaknya bisa membaca, menulis dan berhitung dari sejak PAUD, sedangkan kebijakan pemerintah melarangnya, karena tak sesuai dengan masanya. Dengan pertimbangan otak anak bisa rusak karenanya. Tapi orantua banyak yang tak tahu dan tak mau tahu. Sebab tuntutan di SD/MI anak sudah harus bisa membaca. Tengok saja pelajaran anak SD di sekolah.
Guru PAUD mengembangkan budaya lokal, ada tari adat, di Jawa Barat misalnya ada angklung Jaipongan, dogdog, kentongan, main oray-orayan, permainan engklek / sondah, tari manuk dadali dan lain sebagainya. Lembaga yang lebih mapan sudah ada program unggulan seperti Marching Band.
Guru juga harus bisa menyanyi, tepuk-tepukan, menghapal lagu-lagu dan bahkan menari. Lembaga PAUD yang baik adalah lembaga yang gurunya sangat kreativ. Guru dituntut kreatif, disamping menyanyi dan menari, jika kekurangan, guru dituntut bisa membuat Alat Peraga Edukatif (APE) dari bahan yang ada di sekitar, guru PAUD harus jadi
"pemulung ulung", apapun diambilnya dan dijadikan sarana edukatif, dari kardus dijadikan jam dinding, benang dijadikan binatang.
Sedangkan kesejahteraannya entah siapa yang memperhatikan. Apakah, yayasan, yang mendirikannya saja butuh energi ekstra, atau menunggu pemerintah yang mengerti dan peduli tentang urgensi pendidikan dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Banyak yang masih belum mengerti, bahkan meremehkan arti penting PAUD. Mungkin ada yang berpikir, mengurus PAUD cukup ditangani oleh orang-orang yang pendidikan dan wawasannya tak terlalu tinggi. Padahal, salah mendidik, kita akan kehilangan generasi emas dan melakukan
mallpraktek pendidikan. Semoga tak terjadi....
Andai saja pemegang kebijakan, Presiden, Gubernur atau Bupati, hal yang pertama yang dilakukan, adalah menganggarkan dari APBN atau APBD untuk kesejahteraan para guru PAUD semuanya. Saya tidak tahu berapa nilainya, saya juga tak tahu apakah ada anggaran yang dialoksikan atau tidak. Yang pasti, dalam hati saya menangis mengetahui gaji guru PAUD yang sedemikian kecilnya, disisi lain, mereka harus bisa, rela dan senang hati melakukan segalanya. Demi senyum anak-anak manis yang dididik dan dibimbingnya.
Kita bersyukur, sudah ada bentuk perhatian dari pemerintah yang luar biasa, melalui bantuan operasional PAUD yang rutin untuk lembega-lembaga. Diberikan oleh pemerintah pusat, dan dialokasikan dengan kawalan Bupati/Walikota, para kepala Dinas, Kepala Seksi, Kordinator Wilayah, beserta para pengawas dan peniliknya, terima kasih. Tentu saja perjuangan para Ketua beserta jajaran Pengurus HIMPAUDI sangat besar andil dan perannya demi kemajuan Lembaga dan usaha memperjuangkan kesejahteraan para guru dan lembaga selama ini. Bahkan sampai berdarah-darah memperjuangkannya ke Mahkamah Konstitusi. Terima kasih atas semua perjuangannya....!
Untuk tingkat TK, sudah ada sertifikasi untuk para gurunya, semoga ke depan semuanya mendapatkan. Kita yaqin, dengan menjadi guru, hidup penuh barokah. Allah menyayangi para pendidik anak-anak generasi emas ini. Dari tangan-tangan merekalah lahir para pemimpin bangsa ini. Yang membanggakan, dalam kondisi apapun, guru PAUD selalu tersenyum, menularkan energi-energi positifnya, kepada anak-anak kita, bahwa ada saatnya, kita yaqin Indonesia akan menjadi bangsa terbaik dan terhebat. Dan Mulai dari sekarang, mari kita perhatikan para guru-guru PAUD pejuang bangsa ini. Semoga kesejahteraannya semakin terperhatikan, melalui politk anggaran yang jelas dari para
stakeholder untuk para guru PAUD di seluruh Indonesia, Semoga.....!
Selamat Hari Guru
Alimudin Garbiz
Dosen Fakultas Pendidikan Islam & Keguruan (FPIK) Universitas Garut & STHG
Asesor BAN PAUD PNF Jawa Barat